Senin, 27 April 2009

Komunitas Blogger?

WARNING! CERITA DIBAWAH INI MUNGKIN MEMBOSANKAN! (udah saya ingetin noh....jadi pikir ulang ya...)

Ehm....jadi gini sejarahnya...


Pertamanya adalah ketika saya bikin blog. Kenapa harus dari ketika saya bikin blog? Karena dari situlah saya mulai semangat nulis. Pertama punya blog sebenernya di Frie***ndster. Terus buka lagi di Multi***ply. Akhirnya mengikuti tren gw punya blog di blogspot. Gw buka cabang di blogspot kira-kira.....pas jamannya TPB. Bagi yang kurang 'ngeh' apa itu TPB, TPB adalah tahap 'anak baru' yang harus dijalani di ITB sekitar setaun dengan trio mata kuliah yang terkenal: Kalkulus, Fisika Dasar, dan Kimia Dasar.


Enihaw...setelah taun kedua gw di ITB, tanpa sengaja gw surfing-surfing blog yang ada. Dan gw nemu blog anak ITB angkatan 2008. Gw lupa blognya siapa, tapi ada satu yang bikin gw tertarik adalah cerita tentang dia dan temen-temennya sesama blogger 2008 ngadain KopDar, dan ngebikin komunitas blogger angkata 2008 yang sayang sekali gw lupa lagi namanya.


Dan dari situ tercetus ide....kenapa nggak coba bikin komunitas buat blogger ITB?


Pertamanya cuma iseng, gw bikin group di Face....***buk. Gw invite temen-temen yang punya blog....cem-cem bung Darma, sang INKM 2. Terus Candra Wana, orang hebat dari HIMAFI, ibu Shana, yang waktu itu masih menjadi First Lady di kemahasiswaan ITB. Lalu bung Aul, INKM 1, dan masih banyak lagi. Tadinya nggak berharap banyak sama grup tersebut....serius, cuma iseng doang.......


Entah kenapa kemudian membernya membengkak...padahal gw sendiri udah jarang ngeblog....


Dan di saat itulah mbah Darmo datang menghantui, denan idenya. Ide beliau ini adalah, pada awalnya pengen ngumpulin blogger yang ada di ITB buat membuat sebuah buku yang isinya adalah buah pemikiran anak ITB, mau itu isinya serius, bercanda, camen, ampe resep masakan padang juga boleh. Gw pada saat ditawari ide itu berpikir dua hal:

1. sesajen apa yang dia minta buat bikin buku itu

2. akhirnya gw mengerti kenapa dia memenuhi syarat orang hebat yang pertama.


Akhirnya ide keren (KElar kemaREN) itu ingin diawali dengan mengumpulkan para blogger ITB. Dan gw bingung, blogger nyang ada di ITB ada berapa, dan gimana cara ngumpulinnya? Akhirnya si Mbah memberi wangsit, "Coba tanya anak 2008 yang pernah bikin KopDar....."...


Dan mulailah mengontek mereka untuk dipertemukan dengan si Mbah....

dan terjadilah Konferensi Gelap Nyawang I.....yang melahirkan anak......eh......hasil bahwa dibentuk tim HORE yang diketuai sang Mbah untuk membuat KopDar pertama.


Dan akhirnya disepakati bahwa KopDar pertama diadakan di suatu tempat bernama D*U21.....


Setelah banyak menginvite orang di fesbu**k, dari sekian banyak member di grup, yang konfirm bisa hadir ada 35....dan betul saja pada hari H muncul member dengan jumlah yang sangat dahsyat.....



.........11 orang....


Namun acara tetap berlangsung, dengan hasil KopDar yang benar-benar KopDar (mengingat 3 Kopi Tubruk dan 1 Kopi Susu yang dipesan pada pertemuan tersebut) bahwa sebelum pembuatan buku, maka ide-ide dan tulisan anak ITB tersebut akan ditampung pada sebuah blog fenomenal dengan judul Blog:

Kalau Gajah Bisa Nulis....


Kalau saja anda tahu perumusan nama blog tersebut, bung.....memakan waktu berjam-jam....hingga memesan makanan dan minuman.....dan harus diusir dari tempat pertemuan karena kafenya udah mau tutup..........


Terima kasih buat yang kemaren hadir dan ikut meramaikan KopDar tersebut. Maaf kalau gw suka merusak flow......namanya juga senang-senang.....hehe....


TANDA (*) DIMAKSUDKAN UNTUK MENGHINDARI PENYEBUTAN MERK...


UDAH GW BILANGIN JUGA MEMBOSANKAN KAN.......SIAPA SURUH BACA?

Jumat, 10 April 2009

Pemilu

Kemarin, Kamis 9 April 2009, adalah hari dimana jalanan di Bandung menjadi lengang layaknya Idul Fitri. Apa kemarin adalah Idul Fitri? Sayangna bukan. Meskipun ibu saya di rumah memasak lontong dan laksa layaknya ketika Idul Fitri, namun hari itu bukanlah Idul Fitri. Hari Kamis itu adalah hari yan katanya pesta demokrasi rakyat Indonesia. Hari itu adalah hari Pemilu.

Nah, menanggapi sebutan "pesta demokrasi rakyat Indonesia", saya jadi entah kenapa heran sendiri. Kasusnya begini: dulu, waktu saya katakanlah berumur kira-kira 8-9 tahun, yang namanya "nyoblos" itu adalah acara di lapangan RT sebelah, dimana orang-orang dewasa, temasuk orang tua dan kakak-kakak saya, berdatangan ke tempat yang mereka sebut TPS dimana disitu mereka dibagi kertas terlipat ang harus mereka buka dan lubangi dengan paku untuk kemudian dilipat kembali dan dimasukkan ke dalam kotak dari seng. Suasana di TPS itu sangat ramai. Tua-muda bahkan anak kecil seperti saya yang bahkan beum mengerti apa itu partai berkumpul di lapangan itu. Bagi saya dan anak-anak lainnya, hari seperti itu mungkin hanya sekedar hari libur dan saat dimana saya bertemu teman-teman sebaya dari komplek yang sama. Dan keramaian itu berlanjut hingga jauh sore hari hingga penghitungan suara usai. Setelah itu, barulah kami semua pulang ke rumah masing-masing.

Intinya, saat-saat seperti itu adalah sekaligus ajang silaturahmi antar tetangga. Entah berbeda atau sama pilihan partainya, yang penting adalah tertawa dan mengobrol sesama tetangga adalah pengalaman menyenangkan.

Namun, kini semakin bertambahnya umur, saya semakin menyadari suatu anomali, entah kenapa makin sini, orang-orang seperti makin sedikit yang datang ke TPS. Awalnya saya kira, mungkin mereka memang datang lebih siang atau mungkin lebih pagi dari saya. Tapi ketika saya tanya tetangga saya yang bertugas di TPS tersebut ternyata tidak semua orang di daftar pemilih yang datang. Yang datang pun kali ini hanya datang, memilih dan pulang. Tidak ada yang seperti dulu, menunggu bersama untuk mengetahui hasil pemilihan.

Ada apa ini? Apa rakyat udah nggak mau tau lagi? Yang penting datang, milih, habis perkara?

Omong-omong, habis milih kemaren saya ikut futsal sama teman-teman kuliah. Pas ketemu rata-rata saya tanya, "Gimana tadi milih gak?". Ada 3 jawaban yang menarik:

1. "Milih lah. Kayaknya ini pemilu paling keren yang pernah gw ikuti. Bayangin aja, pas milih calon anggota DPD, gak tanggung-tanggung, gw contreng semua dari kiri ke kanan."

............................no comment.

2. "Kagak jadi. Tadinya gw udah datang jam 8. Ampe jam setengah 10 kagak dipanggil-panggil. Daripada kagak ikut futsal mending cabut aja."

..................................................no comment.

3. "Tadi disuruh milih ama babeh, cuma gw bilang aja ntar pulang futsal."
"Loh, futsal beresnya jam 12 kan? TPS juga bukannya tutup jam 12?"
"Itu tujuannya"

.....................................................................no comment.

Entah kenapa negeri ini. Sudah sebegitu ditinggalkan rakyatnya kah? Karena perbuatan kebanyakan pemimpin kita yang kurang baikkah?

Mungkin ada baiknya berkaca pada lagu Iwan Fals:

Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
Suara yang keluar dari dalam goa
Goa yang penuh lumut kebosanan

Walau hidup adalah permainan
Walau hidup adalah hiburan
Tetapi kami tak mau dipermainkan
Dan kami juga bukan hiburan

Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Tegakkan hukum setegak tegaknya
Adil dan tegas tak pandang bulu
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa

Masalah moral masalah akhlak
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu urus saja akhlakmu
Peraturan yang sehat yang kami mau

Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini....